Minggu, 29 November 2009

Terbelenggu

Ketika ada kata bijak "Yaa Allah jadikanlah dunia di tanganku dan jangan jadikan dunia di hatiku," maka sesungguhnya orang yang bisa seperti itu adalah orang yang merdeka.

Manusia memang butuh sesuatu untuk mempertahankan hidupnya. Karena adanya kebutuhan itulah manusia menjadi dinamis. berbagai upaya dilakukan untuk mencukupinya. Tapi pertanyaan 'berapa' kebutuhan hidup manusia sesungguhnya tak pernah terjawab dengan pasti. Karena setiap manusia menggunakan konsep relatifitas. 3 baju bagi si A mungkin cukiup, 10 baju bagi si B barangkali kurang. sepiring nasi dengan sepotong tempe barangkali cukup untuk si C, barangkali pula tidak cukup untuk si D. karena sifat relatifnya itulah maka manusia biasanya tidak pernah merasa cukup.

Ada sekelompok manusia yang diberi gelar khoiru ummah - sebaik-baiknya ummat. Manusia model ini bisa memerdekakan dirinya dari segala bentuk ketergantungan dunia. Memang mereka ada di dunia, mereka butuh dunia tapi mereka bisa mengambil jarak yang cukup dengan dunia. bagi mereka dunia hanyalah salah satu sarana saja untuk menggapai akhirat. Orang semacam ini tidak pernah terbelenggu dengan dunia.

Bagaimanakah dunia bisa membelenggu?
1. Ketika kebutuhannya akan hal-hal yang bersifat tambahan lebih dipentingkan daripada kepentingan ummat. Misal, di daerahnya ada masjid yang harus segera diperbaiki karena bocor atau rapuh tapi ia malah membeli kendaraan baru sementara masih punya kendaraan lama yang bisa dipakai.
2. Ketika apa yang dipunyai menyita waktu untuk kepentingan ummat. Misalnya karena punya mobil yang banyak maka harus merawat, mencuci, dll yang menyita waktunya untuk berkhidmat kepada ummat.
3. Ketika ia mempunyai barang yang sesungguhnya tidak berpengaruh apapun ketika barang itu tidak ada, sementara ia enggan untuk menginfakkan uang yang digunakan unutk membeli barang untuk kepentingan ummat yang lebih besar. Misal membeli asesoris rumah atau hewan piaraan mis burung, sementara ia enggan untuk membeli buku referensi keagamaan.
4. dll

Rabu, 25 November 2009

Bocor lagi

Pagi sudah ada laporan : pak banjir. Anehnya banjir di tempat yag gak biasa.
ayo dicari lagi sumbernya. ayo ayo.

Hujan Deras

Anak ketigaku, Amirah menangis ketika bangun tidur tidak mendapati Uminya yang sedang liqo'. Memang hari rabu jatahku untuk momong. kugendong, kubujuk tak diam juga. masih sesenggukan. tiba-tiba mbah Slamet ngater bancakan dari pak Madi. kucoba untuk mengalihkan perhatian Amirah kepada bancakan. Nah ada pisang raja kesukaannya. habis, minta lagi. nah mulai reda kekesalannya. Kutawari makan sekalian, eh mau. Walaupun tak banyak cukup lumayan buat mengurangi rewelnya. Tiba tiba 2 kakaknya datang. Kompak minta ijin untuk berhujan-hujan yang memang mulai turun. Setelah yakin keduanya sudah sholat kuberi ijin mereka bertiga untuk berhujan-hujan (sebagaimana biasanya). Cerianya mereka. Bersyukurlan anakku engaku kuberi kesempatan untuk lebih mengenal alam pemberian Tuhan. Agar engkau kelak mudah memahami kekuasaan Allah atas semua yang ada di langit dan di bumi. Sambil menunggu mereka puas, kujerang air. Setelah dirasa cukup kupanggil anak2ku. kusuruh mereka mandi. Amirah dimandikan aisyah, lainnya mandi sendiri. Kuajarkan mereka kemandirian agar mereka kelak lebih mudah memahami bahwa hidup penuh dengan tantangan. air sudah mendidih, kutawarkan pada mereka mau minum apa. Ais dan Aufa kompak minta kopi susu, Amirah minta susu. Selesai mandi siap pula minumannya. Segaaar. Aku sendiri buat kopi karena teh kebetulan habis. Enaaak. Alhamdulillah ya Allah. kau karuniakan kenikmatan yang sedemikian melimpah. Semoga semuanya menjadi barokah. tak ada alasan apapun untuk tidak bersyukur atas limpahan nikmatMu Ya Allah. Jadikanlah kami sebagai hamba yang bersyukur. Amin.

Senin, 23 November 2009

Keberanian

Seminggu yang lalu pas liqo' tarbawi di karanganyar Pak Tris sempat mengungkapkan bahwa Yayasan membutuhkan tanah untuk persiapan SMPIT Insan Kamil. Beliau sekaligus menyampaikan tawaran-tawaran atas tanah yang telah diterima. Kisaran harga di sekitar 200 - 300 jutaan (itu baru tanahnya). Awalnya saya berpikir yayasan sudah punya uang, tapi pembahasan berlanjut : 'andai jadi dengan harga tersebut siapa yang namanya bisa untuk tanggungan bank?' Oh ternyata yayasan tak punya uang. Ya, beberapa pekan sebelumnya saya sempat mampir di SDIT IK, gedungnya belum lagi selesai, masih cukup banyak pembenahan dan konon para penanggung utang belum semua sertifikat tanah, rumah, BPKB kembali. Dan sekarang mereka telah merelakan surat berharganya tersebut untuk jaminan ulang lagi. Bahkan satu diantaranya sebetulnya juga butuh untuk hutang tapi tetap merelakan kalau mau digunakan oleh yayasan. Nah Lho!
Saya jadi berfikir, mengapa beliau2 sebegitunya bela-belain yayasan yang tidak semua mereka menjadi pengurusnya. Yang tidak mereka semua ikut merasakan hasil dari yayasan tersebut bahkan sedikit (setahu saya mereka tetap membayar penuh BPI dan SPP anak-anaknya). Sebagian mereka bahkan anaknya tidak sekolah di sana. Padahal mereka bukan orang yang turah duwit. saya tahu persis sebagian mereka belum punya rumah, kadang pula tersampaikan bahwa mereka kesuitan memenuhi kebutuhan tertentu.
Mungkin jawaban sederhananya adalah keberanian.
Ketika berani menjadi pendiri yayasan sekaligus mereka berani untuk menghidupinya.
Ketika berani melontarkan gagasan sekaligus mereka berani untuk melaksanakannya
Ketika berani mengambil keputusan sekaligus mereka berani untuk bertanggung jawab.

Memang, dakwah butuh orang-orang berani. Merekalah sejatinya pahlawan. Bukan orang yang merasa berjasa padahal yang berbuat adalah orang lain.

Bulan-bulan ini saya dan teman-teman atau lebih tepatnya teman-teman dan saya sedang berusaha keras untuk mendirikan play grup dan TK di Colomadu. awalnya kita tak punya modal. Dengan bekal keyakinan kita bulatkan niat, kita kuatkan tekad. Alhamdulillah setelah sekitar 3 bulan kita sudah memiliki dana sekitar 20 juta plus rumah gratis, sebagian dana dialokasikan untuk usaha bersama atas budi baik pak samsul yang merelakan usahanya dititipi saham. Alhamdulillah. Masih butuh keberanian lebih untuk mewujudkan cita-cita mulia tersebut. Masih butuh merogoh lebih dalam kantong-kantong kami karena para donatur tidak bisa diharapkan semuanya bisa bertahan lama.

Keberanianlah yang memberi energi besar kepada semua orang untuk melaksanakan apa yang dicita-citakan.

Saya berharap keberanian ada pada setiap orang yang berniat sungguh-sungguh berkhidmat kepada ummat.

Kamis, 19 November 2009

Uang Panas

mau uang panas? bakar saja

TA’AWUN DA’AWI DALAM KELUARGA

dakwatuna.com - Masyarakat Islam bagaikan bangunan kokoh. Keluarga bukan saja sebagai sendi terpenting dalam bangunan tersebut, tetapi uga menjadi unsur pokok bagi eksistensi umat Islam secara keseluruhan. Karena itu, agama Islam memberikan perhatian khusus masalah pembentukan keluarga.
Perhatian istimewa terhadap pembentukan keluarga tersebut tercermin dalam beberapa hal, yaitu:
Pertama, Al-Qur’an menjabarkan cukup terinci tentang pembentukan keluarga ini. Ayat-ayat tentang pembinaan keluarga termasuk paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan ayat-ayat yang menjelaskan masalah lain. Al-Qur’an menjelaskan tentang keutamaan menikah, perintah menikah, pergaulan suami-istri, menyusui anak, dan sebagainya.
Kedua, sejak dini As-Sunah telah mengajarkan takwinul usrah yang shalihah dengan cara memilih calon mempelai yang shalihah. Rasulullah saw. bersabda, “Pilihlah tempat untuk menanam benihmu karena sesungguhnya tabiat seseorang bisa menurun ke anak.”
Rasulullah Suami Teladan
Rasulullah saw. sejak masa remaja sudah terkenal sebagai orang yang bersih dan berbudi mulia. Ketika beliau menginjak usia 25 tahun menikahi Khadijah binti Khuwailid. Sejak saat itulah beliau mengarungi kehidupan rumah tangga bahagia penuh ketentraman dan ketenangan.
Rasulullah saw. amat menghormati wanita, lebih-lebih istrinya. Beliau bersabda, “Tidaklah orang yang memuliakan wanita kecuali orang yang mulia; dan tidaklah yang menghinakannya kecuali orang yang hina.”
Menghormati istri adalah kewajiban suami. Al-Qur’an berkali-kali memerintahkan agar menghormati dan berbuat baik terhadap istri. Kita tidak mendapatkan kata-kata dalam Al-Qur’an yang mengharuskan untuk berbuat baik dalam menggauli istri, baik dalam keadaan marah atau tidak. Kecuali, ditekankan kewajiban berbuat ma’ruf dan ihsan terhadap istri dan dilarang menyakiti atau menyiksanya.
Pernah datang seorang wanita mengadu kepada Rasulullah saw. bahwa suaminya telah memukulnya. Maka beliau berdiri seraya menolak perlakukan tersebut dengan bersabda, “Salah seorang dari kamu memukuli istrinya seperti memukul seorang budang, kemudian setelah itu memeluknya kembali, apakah dia tidak merasa malu?”
Ketika Rasuluallah saw. mengizinkah memukul istri dengan pukulan yang tidak membahayakan, dan setelah diberi nasihat serta ancaman secukupnya, beliau didatangi 70 wanita dan mengadu bahwa mereka dipukuli suami. Rasulullah saw. berpidato seraya berkata, “Demi Allah, telah banyak wanita berdatangan kepada keluarga Muhammad untuk mengadukan suaminya yang sering memukulnya. Demi Allah, mereka yang suka memukul istri tidaklah aku dapatkan sebagai orang-orang yang terbaik di antara kamu sekalian.”
Rasulullah saw. merupakan contoh indah dalam kehidupan rumah tangganya. Beliau sering bercanda dan bergurau dengan istri-istrinya. Dalam satu riwayat beliau balapan lari dengan Aisyah, terkadang beliau dikalahkan dan pada hari lain beliau menang. Beliau senantiasa menegaskan pentingnya sikap lemah lembut dan penuh kasih sayang kepada istri. Kita jumpai banyak hadits yang seirama dengan hadits berikut, “Orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya dan paling lembut pada keluarganya.” Riwayat lain, “Sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling baik pada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”
Di antara yang menunjukkan keteladanan beliau dalam menghormati istri adalah menampakkan sikap lembut, penuh kasih sayang, tidak mengkritik hal-hal yang tidak berguna untuk dikritik, memaafkan kekeliruannya, dan memperbaiki kesalahannya dengan lembut dan sabar. Bila ada waktu senggang beliau ikut membantu istrinya dalam mengerjakan kwajiban rumah tanggannya.
Aisyah pernah ditanya tentang apa yang pernah dilakukan Rasulullah saw. di rumahnya, beliau menjawab, “Rasulullah mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, dan bila datang waktu shalat, dia pergi shalat.”
Rasulullah saw. memiliki kelapangan dada dan sikap toleran terhadap istrinya. Bila istrinya salah atau marah, beliau memahami betul jiwa seorang wanita yang sering emosional dan berontak. Beliau memahami betul bahwa rumah tangga adalah tempat yang paling layak dijadikan contoh bagi seorang muslim adalah rumah tangga yang penuh cinta dan kebahagiaan. Kehidupan rumah tangga harus dipenuhi gelak tawa, kelapangan hati, dan kebahagiaan agar tidak membosankan.
Bila terpaksa harus bertindak tegas, Rasulullah saw. melakukannanya dengan disertai kelembutan dan kerelaan. Sikap keras dan tegas untuk mengobati keburukan dalam diri wanita, sedangkan kelembutan dan kasih sayang untuk mengobati kelemahan dan kelembutan dalam dirinya.
Khadijah Istri Teladan
Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita bangsawan Quraisy yang kaya. Dia diberi gelar wanita suci di masa jahiliyah, juga di masa Islam. Banyak pembesar Quraisy berupaya meminangnya, tetapi ia selalu menolak. Ia pedagang yang sering menyuruh orang untuk menjualkan barang dagangannya keluar kota Mekkah.
Ketika mendengar tentang kejujuran Muhammad saw., ia menyuruh pembantunya mendatangi dan meminta Muhammad menjualkan barang dagangannya ke Syam bersama budak lelaki bersama Maisyarah. Nabi Muhammad menerima permohonan itu dan mendapatkan keuntungan besar dalam perjalanan pertama ini.
Setelah mendengar kejujuran dan kebaikan Muhammad, Khadijah tertarik dan meminta kawannya, Nafisah binti Maniyyah, untuk meminangkan Muhammad. Beliau menerima pinangan itu dan terjadilah pernikahan ketika beliau berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.
Khadijah sebagai Ummul Mukminin telah menyiapkan rumah tangga yang nyaman bagi Nabi Muhammad saw. Sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika beliau sering berkhalwat di Gua Hira. Khadijah adalah wanita pertama yang beriman ketika Nabi mengajaknya masuk Islam. Khadijah adalah sebaik-baiknya wanita yang mendukung Rasulullah saw. dalam melaksanakan dakwahnya, baik dengan jiwa, harta, maupun keluarganya. Perikehidupannnya harum semerbak wangi, penuh kebajikan, dan jiwanya sarat dengan kehalusan.
Rasulullah saw. pernah menyatakan dukungan ini dengan sabdanya, “Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar. Dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku. Dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagku anak dari selainnya.” (Imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya)
Khadijah amat setia dan taat kepada suaminya, bergaul dengannya, siap mengorbankan kesenangannya demi kesenangan suaminya, dan membesarkan hati suaminya di kala merasa ketakutan setelah mendapatkan tugas kenabian. Ia gunakan jiwa dan semua hartanya untuk mendukung Rasul dan kaum muslimin. Pantaslah kalau Khadijah dijadikan sebagai istri teladan pendukung risalah dakwah Islam.
Khadijah mendampingi Rasulullah saw. selama seperempat abad. Berbuat baik di saat Rasulullah gelisah. Menolong Rasulullah di waktu-waktu sulit. Membantu Rasulullah dalam menyampaikan risalah dan ikut merasakan penderitaan pahit akibat tekanan dan boikot orang-orang musyrik Quraisy. Khadijah menolong tugas suaminya sebagai Nabi dengan jiwa dan hartanya.
Rasulullah saw. senantiasa menyebut-nyebut kebaikan Khadijah selam hidupnya sehingga membuat Aisyah cemburu. Dengan ketaatan dan pengorbanan yang luar biasa itu, pantaslah jika Allah swt. menyampaikan salam lewat malaikat Jibril kepada Khadijah. Jibril datang kepada Nabi, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, ini Khadiah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan dan minuman, apabila datang kepadamu sampaikan salam dari Tuhannya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di surga, terbuat dari mutiara yang tiada suara gaduh di dalamnya dan tiada kepenatan.” (Bukhari)
Itulah Khadijah, sosok seorang istri yang layak dijadikan teladan bagi wanita-wanita yang mendukung keshalehan dan tugas dakwah suaminya.


Ciri-ciri Rumah Tangga Muslim
1. Sendi bangunannya adalah ketakwaan kepada Allah swt. Takwa adalah sendi yang kuat bangunan keluarga. Memilih suami/istri harus sesuai dengan arahan Rasulullah saw., yaitu utamakan sisi agamanya.
2. Kebahagiaan rumah tangga bukanlah berdasarkan kesenangan materi saja, sebab kebahagiaan sejati muncul dari dalam jiwa yang takwa kepada Allah swt. Bila ketakwaan telah menjadi sendi utama, maka kekurangan materi menjadi ringan. Ketakwaan yang ada di dalam dada pasangan suami-istri memunculkan tsiqah (rasa saling percaya) dan akan melahirkan ketentraman serta ketentraman dalam hubungan suami-istri. Hubungan antara anggota keluarga akan terasa indah karena semua sadar akan tanggung jawab dan hak-haknya.
3. Rumah yang dibangun untuk keluarga seharusnya sederhana dan mengutamakan skala prioritas dengan mengurangi hal-hal yang tertier dan berlebihan.
4. Dalam makanan dan berpakaian, seorang muslim amat sederhana, menekankan aspek kebersihan, dan menghindari dari yang haram, sikap berlebihan (israf), dan bermewah-mewahan. Semua anggota keluarga dipacu untuk memperbanyak berinfak dan bersedekah. Hindari syubhat, jauhi yang haram, itu moto mereka.
5. Anggaran rumah tangga dipenuhi dari rezeki yang halal dan baik. Sebab, daging yang terbentuk dari daging haram akan dibakar oleh api neraka. Secara teknis perlu ada kesepakatan antara suami-istri dalam menentukan besaran dan alokasi anggaran rumah tangga. Yang jelas, pengeluaran tidak boleh melebihi penghasilan. Cukupi diri dengan hal-hal yang dibutuhkan, bukan memperbanyak daftar keinginan.
6. Perhatikan hak-hak Allah swt. Tunaikan zakat, menabung untuk pergi haji, sediakan kotak khusus untuk sedekah bagi kemaslahatan umat.

Senin, 01 Juni 2009

10 wasiat hasan al bana

1. Apabila mendengar azan maka bangunlah sembahyang segera walau bagaimana keadaan sekalipun.
2. Bacalah al-Quran, pelajarilah buku-buku ilmu, pergilah ke majlis-majlis ilmu, dan amalkanlah dzikrullah dan janganlah membuang waktu dalam perkara yang tiada memberi manfaat.
3. Berusahalah untuk bertutur dalam bahasa Arab karena bahasa Arab yang betul itu adalah satu-satunya syiar Islam.
4. Janganlah sekali-kali bertengkar, karena pertengkaran yang kosong tidak memberikan kebaikan apapun.
5. Janganlah banyak tertawa karena hati yang selalu berhubungan dengan Allah itu selalu tenang lagi tenteram.
6. Janganlah banyak bergurau karena umat yang sedang berjuang itu tidak mengerti melainkan bersungguh-sungguh dalam setiap perkara.
7. Janganlah bercakap lebih keras daripada kadar yang dikehendaki oleh pendengar karena percakapan yang keras itu adalah suatu resmi yang sia-sia malah menyakiti hati orang.
8. Jauhilah daripada mengumpat-umpat peribadi orang, mengecam organisasi, dan janganlah bercakap melainkan apa- apa yang memberi kebajikan.
9. Bersaudaralah dengan setiap Muslimin yang ditemui karena asas gerakan dakwah kita ialah bersaudara dan berkasih-sayang.
10. Kewajiban-kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang ada pada kita, oleh itu gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya dan rapikanlah perlaksanaannya.

10 wasiat hasan al bana

1. Apabila mendengar azan maka bangunlah sembahyang segera walau bagaimana keadaan sekalipun.
2. Bacalah al-Quran, pelajarilah buku-buku ilmu, pergilah ke majlis-majlis ilmu, dan amalkanlah dzikrullah dan janganlah membuang waktu dalam perkara yang tiada memberi manfaat.
3. Berusahalah untuk bertutur dalam bahasa Arab karena bahasa Arab yang betul itu adalah satu-satunya syiar Islam.
4. Janganlah sekali-kali bertengkar, karena pertengkaran yang kosong tidak memberikan kebaikan apapun.
5. Janganlah banyak tertawa karena hati yang selalu berhubungan dengan Allah itu selalu tenang lagi tenteram.
6. Janganlah banyak bergurau karena umat yang sedang berjuang itu tidak mengerti melainkan bersungguh-sungguh dalam setiap perkara.
7. Janganlah bercakap lebih keras daripada kadar yang dikehendaki oleh pendengar karena percakapan yang keras itu adalah suatu resmi yang sia-sia malah menyakiti hati orang.
8. Jauhilah daripada mengumpat-umpat peribadi orang, mengecam organisasi, dan janganlah bercakap melainkan apa- apa yang memberi kebajikan.
9. Bersaudaralah dengan setiap Muslimin yang ditemui karena asas gerakan dakwah kita ialah bersaudara dan berkasih-sayang.
10. Kewajiban-kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang ada pada kita, oleh itu gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya dan rapikanlah perlaksanaannya.

Senin, 26 Januari 2009

Memperbesar ruang keikhlasan

Kaum hawazin adalah komunitas terbesar kedua setelah Qurays. Setelah fathu Makkah kaum ini tidak serta merta mengakui kekuasaan Islam yang telah mengalahakan Quraiys. Mereka membuat front baru dengan kaum Muslimin. Didukung strategi perang yang lebih hebat serta kondisi geografis yang sangat strategis mereka menyatakan siap berperang dengan pasukan kaum muslimin.
Berangkatlah sekitar 12 000 kaum muslimin untuk menghadapi kaum hawazin. Pada awal peperangan kaum muslimin lari kocar-kacir karena diserang mendadak oleh pasukan panah dari balik pepohonan. Sebagian besar kaum muslimin yang merupakan orang yang baru masuk Islam bahkan terbirit-birit. Al Quran kemudian mengabadikan kejadian ini. Ya, kaum muslimin merasa bangga dengan jumlah yang banyak. Tapi ternyata kualitas mereka lembek dan tak punya nyali. Al Qur'an mencatat pula bahwa yang mampu mengalahkan musuh adalah segolongan umat Islam yang telah lama konsisten dengan perjuangan. Ya, mereka adalah kader-kader dakwah yang tak pernah surut dengan tantangan apapun.
Akhir dari perang ini adalah kemenangan gilang gemilang beserta rampasan perang yang tak terkira jumlahnya. Permasalahan kemudian muncul, ketika rasulullah saw membagikan lebih banyak kepada orang-orang yang baru masuk Islam. Kepada orang yang di awal pertempuran lari tunggang langgang. Nabi (seolah) meninggalkan kaum Anshor yang sangat besar jasanya dalam perang ini bahkan dalam setiap langkah perjalanan dakwah Rasulullah. Sempat terjadi ketegangan tentang masalah pembagian rampasan perang walaupun dengan bijak rasulullah mampu menenangkan seluruh pasukannya dan ridho kaum anshor atas pembagian tersebut.
permasalahan rampasan perang memamng telah muncul sejak adanya peperangan terbuka. Paska perang Badar, sebagian sahabat sudah mulai kasak kusuk. Kemudian turunlah surat al Anfaal yang menyatakan bahwa rampasan perang adalah hak sepenuhnya Allah dan RasulNya. tentu ada pertanyaan, mungkinkah para sahabat utama lalai dengan surat al anfaal ketika perang Hunain berakhir? saya yakin tidak. Faktor kemanusiaanlah yang kemudian membuat orang mengukur segala sesuatu dengan pertimbangan logika semata, bahkan dengan logika materi. Kadang para juru dakwah, para kader lupa bahwa anugerah yang diberikan Allah kepada pasukannya tidak semata-mata diukur dengan materi. sma sekali tidak bisa. Bahkan saya berani meyakini bahwa tidak ada sahabat utama Rasulullah yang kaya dengan harta rampasan perang. Kalau tyoh Abu Bakar kaya, pastilah karena Abu Bakar pandai berdagang. Abdurrahman bin Auf hartawan terkaya waktu itu mengmpulkan hartanya dari berniaga, bukan dari rampasan perang. Demikian juga dengan Utsman, dan lain sebagainya. Jika para sahabat utama menggantungkan hidupnya dari harta tersebut tentu saja kita tidak akan mendengar bahwa Fatimah harus menggiling roti sendirian sehingga tangannya kasar.
tapi perubahan zaman tidak akan pernah mengubah watak manusia kecuali dengan Islma yang hakiki. Lihatlah yang terjadi sekarang, ketika genderang peperangan ditabuh, justru sebagian kader dakwah kehilangan semangat juang. Sebagian mereka menganggap bahwa jihad ini tugas para kader di garis depan saja. Alasannya sangat tidak masuk akal, merekalah yang akan menikmati perjuangan ini. Naudzubillahi min dzalik. Sudah sedemikian rapuhkah pemahaman kader tentang dakwah ini. Sudah sedemikian burukkah prasangka para kader terhadap para pejuang di garis depan sehingga tidak mau mendukung dari belakang. sudah lupakah bahwa sejarah selalu mencatat bahwa para pejuang selalu mendapat beban yang lebih banyak dibanding yang lain. Tidak tahukah para kader bahwa hasil sesungguhnya dari perjuangan ini justru paling banyak diberikan kepada umat. Memang benar ada hal-hal yang langsung dinikmati, tapi sebandingkah dengan pengorbanan yang mereka curahkan dalam perjuangan ini.
Ya, memang kadang kita lupa, tapi marilah kita sasdari sepenuhnya bahwa perjuangan ini adalah kewajiban kita semua. Kita bukan orang biasa yang menunggu hasil perjuangan, kita adalah bagian dari perjuangan.
Allahu Akbar. semoga Allah memberikan jalan yang mudah bagi kita semua untuk memenangkan dakwah ini. amiin.

Selasa, 06 Januari 2009

Israel

Mendengar nama Israel hati ini terasa teriris. Ya mereka yang menggunakan nama pemberian Allah (bani Israel) dengan semena mena menginjak harga diri bangsa lain. Bani Israel termasuk kaum yang paling banyak disebut dalam Al Qur'an. Nabi Musa sebagai nabi yang diturunkan untuk Israel juga paling banyak disebut dalam Al qur'an. Banyaknya nabi yang diturunkan kepada mereka tak membuat mereka membangun karakter sebagai bangsa yang berperadaban tinggi.
Karakter yang paling mengenaskan dari bani israel adalah sifat kepengecutan mereka. sifat yang membuat mereka tidak layak untuk mengklaim bahwa tanah palestina adalah tanah yang dijanjikan buat mereka. Lihatlah sedikit saja, ketika mereka diselamatkan Allah dari kejaran Fir'aun dengan mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa ternyata tidak membangun nyali mereka. Ketika Nabi Musa mengajak untuk masuk ke Palestina mereka malah ketakutan melihat tanah palestina dihuni orang yang berbadan besar. Mereka seolah lupa bahwa Fir'aun dengan tentaranya yang terlatih dan terorganisir bisa kalah oleh Musa dengan pertolongan Allah. Mereka lupa bahwa Musa dan Harun masih bersama mereka. Mereka lupa bahwa janji Allah adalah benar. Akhirnya mereka tidak diijinkan untuk masuk Palestina sampai 40 tahun (ada yang menafsirkan ratusan tahun). Mereka adalah pengecut. mereka berlindung di bawah ketiak AS dan PBB yang tak pernah punya nyali menghadapi Israel.
Kini mereka telah menggali lubang kehancuran. Serangan yang membabi buta pada rakyat palestina akan melahirkan mujahidin baru dari seluruh penjuru dunia. Bersiaplah wahai Israel, kehancuranmu tinggal menunggu waktu. Kehancuranmu tinggal menunggu generasi yang kuat yang akan membuatmu lari tunggang langgang. Allahu Akbar.