Minggu, 29 November 2009

Terbelenggu

Ketika ada kata bijak "Yaa Allah jadikanlah dunia di tanganku dan jangan jadikan dunia di hatiku," maka sesungguhnya orang yang bisa seperti itu adalah orang yang merdeka.

Manusia memang butuh sesuatu untuk mempertahankan hidupnya. Karena adanya kebutuhan itulah manusia menjadi dinamis. berbagai upaya dilakukan untuk mencukupinya. Tapi pertanyaan 'berapa' kebutuhan hidup manusia sesungguhnya tak pernah terjawab dengan pasti. Karena setiap manusia menggunakan konsep relatifitas. 3 baju bagi si A mungkin cukiup, 10 baju bagi si B barangkali kurang. sepiring nasi dengan sepotong tempe barangkali cukup untuk si C, barangkali pula tidak cukup untuk si D. karena sifat relatifnya itulah maka manusia biasanya tidak pernah merasa cukup.

Ada sekelompok manusia yang diberi gelar khoiru ummah - sebaik-baiknya ummat. Manusia model ini bisa memerdekakan dirinya dari segala bentuk ketergantungan dunia. Memang mereka ada di dunia, mereka butuh dunia tapi mereka bisa mengambil jarak yang cukup dengan dunia. bagi mereka dunia hanyalah salah satu sarana saja untuk menggapai akhirat. Orang semacam ini tidak pernah terbelenggu dengan dunia.

Bagaimanakah dunia bisa membelenggu?
1. Ketika kebutuhannya akan hal-hal yang bersifat tambahan lebih dipentingkan daripada kepentingan ummat. Misal, di daerahnya ada masjid yang harus segera diperbaiki karena bocor atau rapuh tapi ia malah membeli kendaraan baru sementara masih punya kendaraan lama yang bisa dipakai.
2. Ketika apa yang dipunyai menyita waktu untuk kepentingan ummat. Misalnya karena punya mobil yang banyak maka harus merawat, mencuci, dll yang menyita waktunya untuk berkhidmat kepada ummat.
3. Ketika ia mempunyai barang yang sesungguhnya tidak berpengaruh apapun ketika barang itu tidak ada, sementara ia enggan untuk menginfakkan uang yang digunakan unutk membeli barang untuk kepentingan ummat yang lebih besar. Misal membeli asesoris rumah atau hewan piaraan mis burung, sementara ia enggan untuk membeli buku referensi keagamaan.
4. dll

Rabu, 25 November 2009

Bocor lagi

Pagi sudah ada laporan : pak banjir. Anehnya banjir di tempat yag gak biasa.
ayo dicari lagi sumbernya. ayo ayo.

Hujan Deras

Anak ketigaku, Amirah menangis ketika bangun tidur tidak mendapati Uminya yang sedang liqo'. Memang hari rabu jatahku untuk momong. kugendong, kubujuk tak diam juga. masih sesenggukan. tiba-tiba mbah Slamet ngater bancakan dari pak Madi. kucoba untuk mengalihkan perhatian Amirah kepada bancakan. Nah ada pisang raja kesukaannya. habis, minta lagi. nah mulai reda kekesalannya. Kutawari makan sekalian, eh mau. Walaupun tak banyak cukup lumayan buat mengurangi rewelnya. Tiba tiba 2 kakaknya datang. Kompak minta ijin untuk berhujan-hujan yang memang mulai turun. Setelah yakin keduanya sudah sholat kuberi ijin mereka bertiga untuk berhujan-hujan (sebagaimana biasanya). Cerianya mereka. Bersyukurlan anakku engaku kuberi kesempatan untuk lebih mengenal alam pemberian Tuhan. Agar engkau kelak mudah memahami kekuasaan Allah atas semua yang ada di langit dan di bumi. Sambil menunggu mereka puas, kujerang air. Setelah dirasa cukup kupanggil anak2ku. kusuruh mereka mandi. Amirah dimandikan aisyah, lainnya mandi sendiri. Kuajarkan mereka kemandirian agar mereka kelak lebih mudah memahami bahwa hidup penuh dengan tantangan. air sudah mendidih, kutawarkan pada mereka mau minum apa. Ais dan Aufa kompak minta kopi susu, Amirah minta susu. Selesai mandi siap pula minumannya. Segaaar. Aku sendiri buat kopi karena teh kebetulan habis. Enaaak. Alhamdulillah ya Allah. kau karuniakan kenikmatan yang sedemikian melimpah. Semoga semuanya menjadi barokah. tak ada alasan apapun untuk tidak bersyukur atas limpahan nikmatMu Ya Allah. Jadikanlah kami sebagai hamba yang bersyukur. Amin.

Senin, 23 November 2009

Keberanian

Seminggu yang lalu pas liqo' tarbawi di karanganyar Pak Tris sempat mengungkapkan bahwa Yayasan membutuhkan tanah untuk persiapan SMPIT Insan Kamil. Beliau sekaligus menyampaikan tawaran-tawaran atas tanah yang telah diterima. Kisaran harga di sekitar 200 - 300 jutaan (itu baru tanahnya). Awalnya saya berpikir yayasan sudah punya uang, tapi pembahasan berlanjut : 'andai jadi dengan harga tersebut siapa yang namanya bisa untuk tanggungan bank?' Oh ternyata yayasan tak punya uang. Ya, beberapa pekan sebelumnya saya sempat mampir di SDIT IK, gedungnya belum lagi selesai, masih cukup banyak pembenahan dan konon para penanggung utang belum semua sertifikat tanah, rumah, BPKB kembali. Dan sekarang mereka telah merelakan surat berharganya tersebut untuk jaminan ulang lagi. Bahkan satu diantaranya sebetulnya juga butuh untuk hutang tapi tetap merelakan kalau mau digunakan oleh yayasan. Nah Lho!
Saya jadi berfikir, mengapa beliau2 sebegitunya bela-belain yayasan yang tidak semua mereka menjadi pengurusnya. Yang tidak mereka semua ikut merasakan hasil dari yayasan tersebut bahkan sedikit (setahu saya mereka tetap membayar penuh BPI dan SPP anak-anaknya). Sebagian mereka bahkan anaknya tidak sekolah di sana. Padahal mereka bukan orang yang turah duwit. saya tahu persis sebagian mereka belum punya rumah, kadang pula tersampaikan bahwa mereka kesuitan memenuhi kebutuhan tertentu.
Mungkin jawaban sederhananya adalah keberanian.
Ketika berani menjadi pendiri yayasan sekaligus mereka berani untuk menghidupinya.
Ketika berani melontarkan gagasan sekaligus mereka berani untuk melaksanakannya
Ketika berani mengambil keputusan sekaligus mereka berani untuk bertanggung jawab.

Memang, dakwah butuh orang-orang berani. Merekalah sejatinya pahlawan. Bukan orang yang merasa berjasa padahal yang berbuat adalah orang lain.

Bulan-bulan ini saya dan teman-teman atau lebih tepatnya teman-teman dan saya sedang berusaha keras untuk mendirikan play grup dan TK di Colomadu. awalnya kita tak punya modal. Dengan bekal keyakinan kita bulatkan niat, kita kuatkan tekad. Alhamdulillah setelah sekitar 3 bulan kita sudah memiliki dana sekitar 20 juta plus rumah gratis, sebagian dana dialokasikan untuk usaha bersama atas budi baik pak samsul yang merelakan usahanya dititipi saham. Alhamdulillah. Masih butuh keberanian lebih untuk mewujudkan cita-cita mulia tersebut. Masih butuh merogoh lebih dalam kantong-kantong kami karena para donatur tidak bisa diharapkan semuanya bisa bertahan lama.

Keberanianlah yang memberi energi besar kepada semua orang untuk melaksanakan apa yang dicita-citakan.

Saya berharap keberanian ada pada setiap orang yang berniat sungguh-sungguh berkhidmat kepada ummat.

Kamis, 19 November 2009

Uang Panas

mau uang panas? bakar saja

TA’AWUN DA’AWI DALAM KELUARGA

dakwatuna.com - Masyarakat Islam bagaikan bangunan kokoh. Keluarga bukan saja sebagai sendi terpenting dalam bangunan tersebut, tetapi uga menjadi unsur pokok bagi eksistensi umat Islam secara keseluruhan. Karena itu, agama Islam memberikan perhatian khusus masalah pembentukan keluarga.
Perhatian istimewa terhadap pembentukan keluarga tersebut tercermin dalam beberapa hal, yaitu:
Pertama, Al-Qur’an menjabarkan cukup terinci tentang pembentukan keluarga ini. Ayat-ayat tentang pembinaan keluarga termasuk paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan ayat-ayat yang menjelaskan masalah lain. Al-Qur’an menjelaskan tentang keutamaan menikah, perintah menikah, pergaulan suami-istri, menyusui anak, dan sebagainya.
Kedua, sejak dini As-Sunah telah mengajarkan takwinul usrah yang shalihah dengan cara memilih calon mempelai yang shalihah. Rasulullah saw. bersabda, “Pilihlah tempat untuk menanam benihmu karena sesungguhnya tabiat seseorang bisa menurun ke anak.”
Rasulullah Suami Teladan
Rasulullah saw. sejak masa remaja sudah terkenal sebagai orang yang bersih dan berbudi mulia. Ketika beliau menginjak usia 25 tahun menikahi Khadijah binti Khuwailid. Sejak saat itulah beliau mengarungi kehidupan rumah tangga bahagia penuh ketentraman dan ketenangan.
Rasulullah saw. amat menghormati wanita, lebih-lebih istrinya. Beliau bersabda, “Tidaklah orang yang memuliakan wanita kecuali orang yang mulia; dan tidaklah yang menghinakannya kecuali orang yang hina.”
Menghormati istri adalah kewajiban suami. Al-Qur’an berkali-kali memerintahkan agar menghormati dan berbuat baik terhadap istri. Kita tidak mendapatkan kata-kata dalam Al-Qur’an yang mengharuskan untuk berbuat baik dalam menggauli istri, baik dalam keadaan marah atau tidak. Kecuali, ditekankan kewajiban berbuat ma’ruf dan ihsan terhadap istri dan dilarang menyakiti atau menyiksanya.
Pernah datang seorang wanita mengadu kepada Rasulullah saw. bahwa suaminya telah memukulnya. Maka beliau berdiri seraya menolak perlakukan tersebut dengan bersabda, “Salah seorang dari kamu memukuli istrinya seperti memukul seorang budang, kemudian setelah itu memeluknya kembali, apakah dia tidak merasa malu?”
Ketika Rasuluallah saw. mengizinkah memukul istri dengan pukulan yang tidak membahayakan, dan setelah diberi nasihat serta ancaman secukupnya, beliau didatangi 70 wanita dan mengadu bahwa mereka dipukuli suami. Rasulullah saw. berpidato seraya berkata, “Demi Allah, telah banyak wanita berdatangan kepada keluarga Muhammad untuk mengadukan suaminya yang sering memukulnya. Demi Allah, mereka yang suka memukul istri tidaklah aku dapatkan sebagai orang-orang yang terbaik di antara kamu sekalian.”
Rasulullah saw. merupakan contoh indah dalam kehidupan rumah tangganya. Beliau sering bercanda dan bergurau dengan istri-istrinya. Dalam satu riwayat beliau balapan lari dengan Aisyah, terkadang beliau dikalahkan dan pada hari lain beliau menang. Beliau senantiasa menegaskan pentingnya sikap lemah lembut dan penuh kasih sayang kepada istri. Kita jumpai banyak hadits yang seirama dengan hadits berikut, “Orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya dan paling lembut pada keluarganya.” Riwayat lain, “Sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling baik pada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”
Di antara yang menunjukkan keteladanan beliau dalam menghormati istri adalah menampakkan sikap lembut, penuh kasih sayang, tidak mengkritik hal-hal yang tidak berguna untuk dikritik, memaafkan kekeliruannya, dan memperbaiki kesalahannya dengan lembut dan sabar. Bila ada waktu senggang beliau ikut membantu istrinya dalam mengerjakan kwajiban rumah tanggannya.
Aisyah pernah ditanya tentang apa yang pernah dilakukan Rasulullah saw. di rumahnya, beliau menjawab, “Rasulullah mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, dan bila datang waktu shalat, dia pergi shalat.”
Rasulullah saw. memiliki kelapangan dada dan sikap toleran terhadap istrinya. Bila istrinya salah atau marah, beliau memahami betul jiwa seorang wanita yang sering emosional dan berontak. Beliau memahami betul bahwa rumah tangga adalah tempat yang paling layak dijadikan contoh bagi seorang muslim adalah rumah tangga yang penuh cinta dan kebahagiaan. Kehidupan rumah tangga harus dipenuhi gelak tawa, kelapangan hati, dan kebahagiaan agar tidak membosankan.
Bila terpaksa harus bertindak tegas, Rasulullah saw. melakukannanya dengan disertai kelembutan dan kerelaan. Sikap keras dan tegas untuk mengobati keburukan dalam diri wanita, sedangkan kelembutan dan kasih sayang untuk mengobati kelemahan dan kelembutan dalam dirinya.
Khadijah Istri Teladan
Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita bangsawan Quraisy yang kaya. Dia diberi gelar wanita suci di masa jahiliyah, juga di masa Islam. Banyak pembesar Quraisy berupaya meminangnya, tetapi ia selalu menolak. Ia pedagang yang sering menyuruh orang untuk menjualkan barang dagangannya keluar kota Mekkah.
Ketika mendengar tentang kejujuran Muhammad saw., ia menyuruh pembantunya mendatangi dan meminta Muhammad menjualkan barang dagangannya ke Syam bersama budak lelaki bersama Maisyarah. Nabi Muhammad menerima permohonan itu dan mendapatkan keuntungan besar dalam perjalanan pertama ini.
Setelah mendengar kejujuran dan kebaikan Muhammad, Khadijah tertarik dan meminta kawannya, Nafisah binti Maniyyah, untuk meminangkan Muhammad. Beliau menerima pinangan itu dan terjadilah pernikahan ketika beliau berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun.
Khadijah sebagai Ummul Mukminin telah menyiapkan rumah tangga yang nyaman bagi Nabi Muhammad saw. Sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika beliau sering berkhalwat di Gua Hira. Khadijah adalah wanita pertama yang beriman ketika Nabi mengajaknya masuk Islam. Khadijah adalah sebaik-baiknya wanita yang mendukung Rasulullah saw. dalam melaksanakan dakwahnya, baik dengan jiwa, harta, maupun keluarganya. Perikehidupannnya harum semerbak wangi, penuh kebajikan, dan jiwanya sarat dengan kehalusan.
Rasulullah saw. pernah menyatakan dukungan ini dengan sabdanya, “Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar. Dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku. Dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagku anak dari selainnya.” (Imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya)
Khadijah amat setia dan taat kepada suaminya, bergaul dengannya, siap mengorbankan kesenangannya demi kesenangan suaminya, dan membesarkan hati suaminya di kala merasa ketakutan setelah mendapatkan tugas kenabian. Ia gunakan jiwa dan semua hartanya untuk mendukung Rasul dan kaum muslimin. Pantaslah kalau Khadijah dijadikan sebagai istri teladan pendukung risalah dakwah Islam.
Khadijah mendampingi Rasulullah saw. selama seperempat abad. Berbuat baik di saat Rasulullah gelisah. Menolong Rasulullah di waktu-waktu sulit. Membantu Rasulullah dalam menyampaikan risalah dan ikut merasakan penderitaan pahit akibat tekanan dan boikot orang-orang musyrik Quraisy. Khadijah menolong tugas suaminya sebagai Nabi dengan jiwa dan hartanya.
Rasulullah saw. senantiasa menyebut-nyebut kebaikan Khadijah selam hidupnya sehingga membuat Aisyah cemburu. Dengan ketaatan dan pengorbanan yang luar biasa itu, pantaslah jika Allah swt. menyampaikan salam lewat malaikat Jibril kepada Khadijah. Jibril datang kepada Nabi, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, ini Khadiah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan dan minuman, apabila datang kepadamu sampaikan salam dari Tuhannya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di surga, terbuat dari mutiara yang tiada suara gaduh di dalamnya dan tiada kepenatan.” (Bukhari)
Itulah Khadijah, sosok seorang istri yang layak dijadikan teladan bagi wanita-wanita yang mendukung keshalehan dan tugas dakwah suaminya.


Ciri-ciri Rumah Tangga Muslim
1. Sendi bangunannya adalah ketakwaan kepada Allah swt. Takwa adalah sendi yang kuat bangunan keluarga. Memilih suami/istri harus sesuai dengan arahan Rasulullah saw., yaitu utamakan sisi agamanya.
2. Kebahagiaan rumah tangga bukanlah berdasarkan kesenangan materi saja, sebab kebahagiaan sejati muncul dari dalam jiwa yang takwa kepada Allah swt. Bila ketakwaan telah menjadi sendi utama, maka kekurangan materi menjadi ringan. Ketakwaan yang ada di dalam dada pasangan suami-istri memunculkan tsiqah (rasa saling percaya) dan akan melahirkan ketentraman serta ketentraman dalam hubungan suami-istri. Hubungan antara anggota keluarga akan terasa indah karena semua sadar akan tanggung jawab dan hak-haknya.
3. Rumah yang dibangun untuk keluarga seharusnya sederhana dan mengutamakan skala prioritas dengan mengurangi hal-hal yang tertier dan berlebihan.
4. Dalam makanan dan berpakaian, seorang muslim amat sederhana, menekankan aspek kebersihan, dan menghindari dari yang haram, sikap berlebihan (israf), dan bermewah-mewahan. Semua anggota keluarga dipacu untuk memperbanyak berinfak dan bersedekah. Hindari syubhat, jauhi yang haram, itu moto mereka.
5. Anggaran rumah tangga dipenuhi dari rezeki yang halal dan baik. Sebab, daging yang terbentuk dari daging haram akan dibakar oleh api neraka. Secara teknis perlu ada kesepakatan antara suami-istri dalam menentukan besaran dan alokasi anggaran rumah tangga. Yang jelas, pengeluaran tidak boleh melebihi penghasilan. Cukupi diri dengan hal-hal yang dibutuhkan, bukan memperbanyak daftar keinginan.
6. Perhatikan hak-hak Allah swt. Tunaikan zakat, menabung untuk pergi haji, sediakan kotak khusus untuk sedekah bagi kemaslahatan umat.