Selasa, 19 Agustus 2008

Air yang Sedang Keruh

Kalau mengingat sejarah majapahit setelah prabu hayam wuruk wafat hampir sama dengan suasana kerjaku akhir-akhir ini. Banyak yang harus disedihkan. kadang aku merasa bahwa kegagalan terbesar yang kualami adalah suksesi yang tidak mulus. apa sebab? sebagai seorang yang suka berkelana sesungguhnya aku tidak terlalu suka untuk berkemah lama. ketika telah merasa cukup, badan segar, fikiran terang kembali, seorang pengembara akan segera pergi meninggalkann kemahnya. sialnya pohon-pohon serta hewan-hewan dan juga batu serta tanah di sekitar kemah terlanjur menganggap sang pengembara sebagai warga tetap. jadilah buah simalakama, ditinggal anak mati, dimakan ibu mati. weleh weleh weleh. Memang ada masalah yang lebih mendasar. aku terlalu bodoh untuk melayani semua orang. apalagi kalau yang dilayani sangat pinter. katakanlah aku hanya seorang cantrik sementara kyainya seperti Gus Dur, lha opo tumon. Coba sekarang tanyakan kepada siapa saja, siapa yang mampu memahami pemikiran orang sehebat Gus Dur. sedang aku hanya lulusan SMA, tidak pernah di pesantren kecuali pesantren kilat, sekolah ora tau bener. jadilah aku cantrik sejati yang bisanya cuma plonga bin plongo. tapi biarlah, kadang memang harus begitu. biarlah aku menjadi aku. aku tidak perlu menjadi gus dur, sebab ada satu gus dur saja negara ini sudah repot apalagi ditambah aku yang lebih tidak nggenah ini. wah wah wah. Duh Gusti kulo nyuwun sabar lan pitulungan Paduko supados geger genjik meniko enggal uwal sakingbumi meniko. amin

Tidak ada komentar: