Kamis, 28 Agustus 2008

Menakar Kepentingan

menjadi pertanyaan yang penting unutk direnungkan. Kini kalimat :"Kita tidak punya kepentingan apapun" semakin sering diucapkan khalayak ramai, dengan berbagai keperluan tentunya. Keperluan yang paling sering adalah untuk berapologi. Nah ini yang sering jadi masalah, soalnya orang semakin bingung dengan apologi jenis ini. Sulit untuk menemukan sesungguhnya siapa yang berkepentingan. Kalau toh jujur, kepentingan apa yang diinginkan. Nah selamat berteka-teki, yang bisa menjawab dapat hadiah : Kepentingannya terakomodasi.

Selasa, 26 Agustus 2008

Bersiap Menyambut Bulan Ramadhan

Sebentar lagi ramadhan datang. Siapkan diri kita untuk menyongsong bulan penuh rahmat. Perbanyak ibadah agar mampu melenturkan hati yang mungkin terlampau keras karena sibuk dengan urusan duniawi. Ya Allah, mampukanlah diriku untuk semakin mengabdi kepadaMu dengan tulus ikhlas. Ya Allah, bimbinglah hambamu yang lemah ini untuk mampu mengarungi bahtera kehidupan di bawah ketentuanMu. Amin ya Rabbal 'alamin.

Jumat, 22 Agustus 2008

Harus Terbentur Lagi

Entah, aku harus berbuat apa. barangkali, jalan buntu ini agak sulit untuk ditembus. Upaya untuk membangun komunikasi seolah kandas sebelum dimulai. embuh lah.

Kamis, 21 Agustus 2008

Aku semakin tidak mengerti

Pagi ini aku harus berjibaku dengan anakku. Aufa mogok sekolah lagi. Hampir satu minggu Aufa mengucapkan kata yang sama "aku tidak mau sekolah". Kemarin-kemarin aku dan istriku masih berhasil membujuknya, tapi pagi ini seolah tak berdaya. segala bujuk rayu sampai iming-iming tak berhasil membuatnya tergerak untuk berangkat sekolah. Mungkin ia berhasil mengekspresikan perasaan abinya yang sedang gundah. Anakku ini memang halus perasaannya, kadang aku tak tega ketika harus memarahinya, tapi toh ia pula yang paling sering kena marah, walaupun pula sebagai kompensasi aku kadang berlebih memberinya perlakuan. Aku jadi teringat nmasa kecilku, aku juga mogok sekolah tanpa alasan yang jelas. Nah, akhirnya aku pun mengalah kubiarkan dia bermainj dengan sepeda bututnya. aku hanya berpesan, susullah umi, kamu bisa bermain sama adik disana, tapi jangan ganggu umi ya. Aufa menganggukkan kepala. Entah apa yang ada dalam fikirannya. yang jelas aku merasa tenang meninggalkan dia dalam keadaan seperti itu. aku yakin ia akan baik-baik saja. Sebetulnya akupun malas berangkat ke sekolah. rasanya aku ingin saja berganti aktifitas. Bayangan anak-anak tanpa dosa serta guru-guru yang tulus membuatku harus berfikir ribuan kali kalau aku harus dengan tiba-tiba meninggalkan sekolah yang kurintis dari nol ini. pagi, ketika kucoba untuk berfikir tenang. Toh keributan yang terjadi tak mampu untuk membuatku diam. Sepagi ini ketika aku mencoba menyelesaikan masalah dari sisi yang lain tergopoh gopoh ada yang laporan. Situasi tambah gawat. yaa Allah semoga Engkau memberikan kemudahan untuk menyelesaikan masalah ini. dan akupun tidak terlalu berminat meneruskan kalimat-kalimat ini.

Selasa, 19 Agustus 2008

Menakar Nasionalisme Kita

Dulu, konon kata para sesepuh yang namanya pekik merdeka dibahanakan dengan bahasa hati. yang ada dalam relung hati yang paling dalam adalah kemerdekaan yang hakiki yang akan mengantar bangsa indonesia ini menjadi bebas menentukan nasibnya sendiri dan pada akhirnya negeri gemah ripah loh jinawi toto titi tentrem kerto raharjo betul-betul bisa diwujudkan. tapi lihatlah setelah 63 tahun Soekarno-Hatta membacakan teks proklamasi, cita-cita itu hanya tinggal angan-angan. karena negeri yang apa-apa ada ini ternyata tidak ada apa-apanya dan tidak bisa berbuat apa-apa. Lahirlah kini pekik merdeka yang tanpa makna, diucapkan kalau bulan agustus, dibimbui dengan lomba makan krupuk (yang tidak pernah mencerdaskan) atau dangdutan (yang berakhir tawuran). kini pekik merdeka diucapkan para maling karena bebas dari tahanan setelah nyogok para hakim dan jaksa. tentu saja maling yang jumlah malingannya masih cucuk dibanding sogokannya. Kini pekik merdeka diucapkan oleh para pejabat yang hanya mau kerja kalau diberi gaji yang cukup (lha kapan cukupe?). ada yang lebih aneh lagi, orang berlomba-lomba untuk mengecat pagarnya dengan warna merah putih, padahal belum terbukti baktinya pada negeri ini, atau pakaian yang dikenakan setiap harinya diberi bendera kecil atau bros burung garuda ==> biar terkesan nasionalis gitu lho. maka muncullah kini nasionalisme simbolik (istilah yang kubuat sendiri, gak tahu apakah ada orang yang memakai istilah ini, aku tidak peduli dan tidak merasa perlu untuk mengklaim atau bahkan mematenkan). Nasionalisme yang diwujudkan dengan simbol, tidak terlalu dirisaukan apakah simbol itu dipakai para maling, copet, pemabuk, garong, preman, penjudi, koruptor atau jenis kejahatan lainnya. para pemakai simbol tersebut seolah-olah nasionalis sejati. Itulah Indonesia. Semoga ratapan ibu pertiwi bisa didengar oleh manusia yang punya hati nurani. Amin.
Air yang Sedang Keruh

Kalau mengingat sejarah majapahit setelah prabu hayam wuruk wafat hampir sama dengan suasana kerjaku akhir-akhir ini. Banyak yang harus disedihkan. kadang aku merasa bahwa kegagalan terbesar yang kualami adalah suksesi yang tidak mulus. apa sebab? sebagai seorang yang suka berkelana sesungguhnya aku tidak terlalu suka untuk berkemah lama. ketika telah merasa cukup, badan segar, fikiran terang kembali, seorang pengembara akan segera pergi meninggalkann kemahnya. sialnya pohon-pohon serta hewan-hewan dan juga batu serta tanah di sekitar kemah terlanjur menganggap sang pengembara sebagai warga tetap. jadilah buah simalakama, ditinggal anak mati, dimakan ibu mati. weleh weleh weleh. Memang ada masalah yang lebih mendasar. aku terlalu bodoh untuk melayani semua orang. apalagi kalau yang dilayani sangat pinter. katakanlah aku hanya seorang cantrik sementara kyainya seperti Gus Dur, lha opo tumon. Coba sekarang tanyakan kepada siapa saja, siapa yang mampu memahami pemikiran orang sehebat Gus Dur. sedang aku hanya lulusan SMA, tidak pernah di pesantren kecuali pesantren kilat, sekolah ora tau bener. jadilah aku cantrik sejati yang bisanya cuma plonga bin plongo. tapi biarlah, kadang memang harus begitu. biarlah aku menjadi aku. aku tidak perlu menjadi gus dur, sebab ada satu gus dur saja negara ini sudah repot apalagi ditambah aku yang lebih tidak nggenah ini. wah wah wah. Duh Gusti kulo nyuwun sabar lan pitulungan Paduko supados geger genjik meniko enggal uwal sakingbumi meniko. amin
Hore, aku berhasil buat blog baru. aku memang baru agak gimana, sampai-sampai identitas diri untuk blog sampai lupa. tapi setelah ini pasti takkan lupa lagi. Insya Allah. alamanda73.blogspot.com
Eh, ternyata keliru juga. aku pakai email alamanda73@gmail.com dengan password nama anak pertamaku_ku
Blog ini untuk menggantikan blog ku yang lama, soalnya aku gak bisa sign in. memang aku sangat pelupa. kalau boleh sebetulnya aku tidak ingin pakai password. aku juga belum menyimpan pasword secara khusus. nah daripada aku gak bisa nulis-nulis lebih baik aku bikin blog baru. aku mau pake lamat emai : ipunksolo@yahoo.com dengan password aufaku. biar saja ini diketahui orang, toh bukan rahasia amat. kalau ada yang jahil hapus saja, selesai.