Kamis, 21 Agustus 2008

Aku semakin tidak mengerti

Pagi ini aku harus berjibaku dengan anakku. Aufa mogok sekolah lagi. Hampir satu minggu Aufa mengucapkan kata yang sama "aku tidak mau sekolah". Kemarin-kemarin aku dan istriku masih berhasil membujuknya, tapi pagi ini seolah tak berdaya. segala bujuk rayu sampai iming-iming tak berhasil membuatnya tergerak untuk berangkat sekolah. Mungkin ia berhasil mengekspresikan perasaan abinya yang sedang gundah. Anakku ini memang halus perasaannya, kadang aku tak tega ketika harus memarahinya, tapi toh ia pula yang paling sering kena marah, walaupun pula sebagai kompensasi aku kadang berlebih memberinya perlakuan. Aku jadi teringat nmasa kecilku, aku juga mogok sekolah tanpa alasan yang jelas. Nah, akhirnya aku pun mengalah kubiarkan dia bermainj dengan sepeda bututnya. aku hanya berpesan, susullah umi, kamu bisa bermain sama adik disana, tapi jangan ganggu umi ya. Aufa menganggukkan kepala. Entah apa yang ada dalam fikirannya. yang jelas aku merasa tenang meninggalkan dia dalam keadaan seperti itu. aku yakin ia akan baik-baik saja. Sebetulnya akupun malas berangkat ke sekolah. rasanya aku ingin saja berganti aktifitas. Bayangan anak-anak tanpa dosa serta guru-guru yang tulus membuatku harus berfikir ribuan kali kalau aku harus dengan tiba-tiba meninggalkan sekolah yang kurintis dari nol ini. pagi, ketika kucoba untuk berfikir tenang. Toh keributan yang terjadi tak mampu untuk membuatku diam. Sepagi ini ketika aku mencoba menyelesaikan masalah dari sisi yang lain tergopoh gopoh ada yang laporan. Situasi tambah gawat. yaa Allah semoga Engkau memberikan kemudahan untuk menyelesaikan masalah ini. dan akupun tidak terlalu berminat meneruskan kalimat-kalimat ini.

Tidak ada komentar: